Peran Widyaiswara Sebagai Motivator Dan Transformator Guru Di Pulau-Pulau Terdepan Indonesia

Kontributor: Destilawaty, M.Si. (Penyusun Program Penyelenggaran Diklat LPPPTK KPTK)

Diterbitkan: 05 Maret 2020; Update Terakhir: 05 Maret 2020

Pendidikan di Pulau Terluar/ Terdepan

Indonesia adalah negara tropis kepulauan, terdiri atas 17.504 (data lain menyebutkan 18.307) pulau berdasarkan data kkp.go.id. Pulau Terdepan/ Terluar merupakan suatu pulau yang memiliki letak strategis yang berbatasan dan berhadapan langsung dengan negara lain tanpa terhalangi oleh pulau-pulau lainnya. Pulau terdepan/terluar ini merupakan beranda depan negara dan keberadaanya sangat berpengaruh pada kedaulatan NKRI, sehingga pulau-pulau tersebut sangat perlu untuk dikembangkan dan dikelola dengan mempertimbangkan nilai-nilai strategis dan potensinya. Lepasnya Sipadan dan Ligitan adalah salah satu bentuk ketidakmampuan kita mengelola potensi pulau-pulau kita termasuk potensi SDM, karena seperti kita lihat masyarakat atau penduduk di pulau-pulau terluar tidak memiliki pendidikan yang cukup terutama untuk membangun serta mengelola pulau nya sendiri.

Kondisi pendidikan di pulau-pulau terluar dan terdepan ini juga masih jauh dari harapan. Akses yang sulit dijangkau, minimnya sarana dan prasarana pendidikan termasuk bangunan sekolah, serta akses informasi (sinyal internet) menjadi tantangan bagi peserta didik dan guru-guru di pulau-pulau terluar/ terdepan dalam menjalan aktivitas belajar mengajar dengan maksimal. Rendahnya minat belajar/ bersekolah para anak-anak yang tinggal di pulau-pulau terdepan/ terluar, serta semangat para guru yang mengajar mempengaruhi kualitas hasil belajar anak-anak di pulau terluar/ terdepan.

Oleh karena itu, diperlukan gebrakan khusus dari pemerintah terhadap pengelolaan potensi SDA dan SDM di pulau-pulau terdepan/ terluar, sehingga kemajuan atau ekonomi di pulau-pulau terluar/ terdepan kita dapat menjadi satu indikator kemajuan atau kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dikarenakan hingga saat ini pusat-pusat pembangunan hanya terdapat di kota-kota besar dan belum banyak menyentuh ke daerah atau pulau-pulau terluar dan terdepan. Salah satu hal yang bisa dilakukan yakni pemerintah menjamin pendidikan terutama anak-anak di pulau-pulau terluar/ terdepan, pemerataan kualitas sekolah dengan standar yang sama di pulau dengan di kabupaten/ kota, serta meningkatkan kompetensi guru sebagai pengajar di pulau-pulau terluar/ terdepan dan juga kesejahteraannya.

Menjadi guru di pulau-pulau terluar dan terdepan tidaklah mudah, rata-rata guru yang bekerja di pulau terluar/ terdepan merupakan orang yang berasal dari daerah lainnya atau kota/ kabupaten lain, dan bukan merupakan penduduk asli di pulau tersebut. Hal tersebut tak jarang mengakibatkan guru tersebut harus tinggal di pulau tersebut dengan fasilitas seadanya yang diberikan oleh pemerintah atau masyarakat setempat, akses para guru ke tempat asalnya atau ke kota juga cukup jauh, terkadang ada guru yang harus menempuh jarak penyeberangan menggunakan kapal angkutan atau kapal nelayan dari kab/ kota ke pulau selama 5-6 jam perjalanan, dengan resiko keselamatan yang harus di hadapinya. Disamping itu sarana dan prasarana sekolah di pulau tidak selengkap sarana dan parasarana sekolah umumnya di kab/kota, sehingga guru harus mempunyai kreativitasi agar tetap bs menjalankan proses pembelajaran, tak jarang listrik pun belum nyala setiap saat di pulau terluar/ terdepan. Kurangnya minat belajar anak, dan kondisi sekolah serta kondisi guru yang ada memerlukan upaya sendiri bagi kita untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependisikan di pulau terluar/ terdepan. Kondisi guru/ pendidik di pulau terluar/ terdepan juga masih jauh dari sentuhan program pelatihan.

Peranan Widyaiswara

Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga pendidikan dan pelatihan (menurut Permenpan No. 22 Tahun 2014).

Menurut Dr Lilin Budiati SH MM dalam artikelnya Tantangan Widyaiswara. Sosok widyaiswara tak berbeda jauh dari guru ataupun dosen. Widyaiswara diharapkan mengubah mindset dan kinerja birokrat, dari paradigma lama yang kental pendekatan kekuasaan menuju paradigma baru yang lebih menyandarkan tujuan utama sebagai pelayan publik. Dalam hal ini widyaiswara di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas dan tanggung jawab salah satu mendidik dan melatih guru-guru di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat menjadi guru yang handal, berwawasan luas, memiliki kompetensi teknis, dan kemampuan mengikuti pengembangan Teknologi Informasi.

Karena itu, widyaiswara mensyaratkan memiliki kompetensi keahlian, manajerial, sosial, dan intelektual/ stratategik. Kompetensi keahlian menyangkut bidang yang menjadi tugas pokok diklat. Sekaligus widyaiswara juga harus siap mencurahkan jiwa, raga, dan roh sebagai transformator, motivator, sekaligus motor perubahan dalam birokrasi, terkait dengan kinerja pemerintahan, termasuk memotivator dan membantu meningkatkan kompetensi guru-guru di seluruh wilayah Indonesia, terutama di pulau-pulau terluar dan terdepan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang kondisi pendidikan termasuk sarana prasarana dan kondisi guru di pulau-pulau terluar/ terdepat, maka widyaiswara bersama pemerintah diharapkan dapat menjadi salah satu agen yang dapat membantu meningkatkan kompetensi SDM di pulau-pulau terluar dan terdepan terutama dalam memberikan sentuhan yang berbeda kepada guru-guru yang berasal dari pulau-pulau terluar dan terdepat tersebut. Tidak hanya dalam rangka melatih kompetensi dasar dan kompetensi teknis dari guru-guru tersebut, namun lebih dari itu widyaiswara diharapkan dapat merubah cara pandang guru-guru di pulau terluar dan terdepan, dalam hal proses belajar mengajar, sehingga guru dapat lebih termotivasi, dan lebih kreatif dalam membuat bahan ajar yang menarik untuk para siswa, dan juga diharapkan guru-guru tersebut juga mampu memotivasi siswa-siswa di pulau terluar dan terdepan sehingga memiliki kemauan belajar yang besar, dan pada akhirnya dapat bersaing dengan siswa-siswa lain di luar pulau atau di kab/ kota.

Selain perubahan cara pandang, perilaku, semangat juang, pelatih widyaiswara juga dapat menumbuhkan kecintaan guru pada pekerjaan dan merasa terhormat dan bangga dengan pekerjaan yang melekat padanya. Inilah pentingnya tugas dari Widyaiswara yang mempunyai tugas melatih dan mendidik PNS/ ASN terutama para guru di seluruh Wilayah Indonesia.